Ada tujuh falsafah hidup yang menjadi pedoman dan pegangan hidup orang batak toba dalam acara adat,keagamaan, pesta dan kegiatan lainnya yaitu:
- Mardebata : mempunyai kepercayaan kepada Tuhan. Dahulu disebut Ompu Mulajadi na Bolon
- Marpinompar memiliki keturunan. Setiap marga Batak menghendaki adanya keturunan sebagai generasi penerus, terlebih kepada anak laki-laki. Anak laki-laki ini nantinya yang membawa marga sehingga silsilah tidak putus atau hilang
- Martutur : mempunyai kekerabatan atau keluarga. Hal ini dikuatkan dengan Dalihan Natolu.
- Maradat : mempunyai adat-istiadat yang erat aplikasinya dengan dalihan natolu
- Marpangkirom : mempunyai cita-cita dan ambisi mencapai Hamoraon, hagabeon dan hasangapon
- Marpatik : mempunyai aturan dan undang-undang yang mengikat semua masyarakat Batak untuk tidak bersikap semena-mena
- Maruhum : mempunyai hukum undang-undang yang dbaku ditetapkah oleh raja huta(raja kampung) berdasarkan musyawarah yang harus dihormati dan dituruti oleh semua pihak.
Hal ini dikuatkan dengan umpasa dibawah ini
Tungko naso boi butbuton, gadu-gadu naso boi sosa
Uhum naso boi muba, patik naso boi mose
Ketujuh filsafah Batak diatas harus dikuatkan dengan umpama dibawah ini:
- Dijolo raja sieahan, dipudi raja sipaimaon (Menghormati orang tua )
- Sada silompa gadong dua silompa ubi,Sada pe namanghatahon Sudema dapotan Uli. (Hendaknya siapa yang berbicara di acara adat batak yang berbobot dan berguna buat semua pendengarnya)
- Pitu batu martindi sada do sitaon nadokdok (Jangan terlalu beraharap kepada sesuatu yang tidak pasti)
- Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame (Bila kita mampu membantu teman. Bantulah dengan jalan yang baik)
- Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae soada mara (Mengajak untuk berdamai_
- Sungkunon poda natua-tua, sungkunon gogo naumposo (Petuah dari orang tua, tenaga dari orang yang lebih muda)